CILEGONSATU.ID – Menjelang Tahun Anggaran 2025, Koperasi Produsen Karya Cilegon Mandiri (KPKCM) menggelar agenda Rapat Anggota, Rencana Kerja Rencana Anggaran Pendapatan Anggaran (RK-RAPBK) Tahun Buku 2025, Rabu (18/12/2024) di Ruang Wijaya Kusuma, Hotel Sukma, Kota Cilegon.
Persiapan Program Kerja Untuk Tahun 2025
Ketua Pengurus KPKCM Deni Abdurahman menjelaskan, agenda tersebut digelar untuk mempersiapkan program kerja dan rencana anggaran secara keseluruhan untuk diterapkan di Tahun 2025.
Satu Tahun Berjalan, Gula Merah Sebagai Produksi Utama KPKCM
KPKCM sendiri merupakan Koperasi Produsen dengan gula merah sebagai produksi utamanya dan sudah memiliki 35 anggota. “Keberadaan KPKCM mendirikan usaha berbentuk produksi gula merah seperti industri atau perusahaan yang melakukan kegiatan produksi,” jelasnya.
KPKCM sendiri lanjutnya, sudah berjalan sejak satu tahun yang lalu yang siap melakukan pengembangan kedepannya dan berdasarkan laporan manajemen sudah sangat luar biasa.
“Kita mulai beroperasi mulai 2023 akhir, masih baru tapi sudah mendapat posisi yang luar biasa. Pasar sudah ada, tidak hanya Banten dan sekitarnya kita juga punya pasar di Sumatera dan Kalimantan tapi masih fokus di Banten karena memang kebutuhannya sendiri di Banten masih sangat tinggi,” jelasnya.
Fokus Pemasaran di Banten, KPKCM Sudah Kuasai Pasar 50 Persen
Ia menambahkan, para pedagang yang sebelumnya membeli gula dari Jawa Tengah, dengan adanya KPKCM 50 persen pedagang sudah beralih. “Pasar Banten dan sekitarnya dan Sumatera serta Kalimantan. Tapi fokus masih di Banten. Kebutuhan sangat tinggi di Banten, Pasar Rau 60 persen, cilegon 60 persen. Jadi sekitar 50 persen pasarnya sudah kita ambil,” ungkapnya.
Ia melanjutkan, rapat tersebut merupakan forum tertinggi koperasi yang bertujuan untuk menetapkan kebijakan strategis dalam pengelolaan koperasi selama satu tahun kedepan. Terkait evaluasi kinerja koperasi, ada 3 (tiga) aspek yang disampaikan Deni dalam laporan, diantaranya aspek produksi, aspek pemasaran, dan aspek keuangan.
“Koperasi kita secara berkesinambungan terus berkomitmen meningkatkan kualitas gula merah sebagai produk unggulan dengan menggunakan teknologi sederhana yang mendukung peningkatan efisiensi proses produksi dan penguatan standar mutu produk sehingga dapat memenuhi kebutuhan pasar lokal dan nasional,” ungkapnya.
Fluktuasi Bahan Baku dan Peningkatan Biaya Produksi Perlu Perhatian Serius
Namun, lanjutnya, ada beberapa tantangan yang dihadapi berupa fluktuasi bahan baku dan peningkatan biaya produksi yang memerlukan perhatian serius untuk diatasi.
“Kemudian aspek pemasaran, koperasi berhasil memperluas jaringan pemasaran melalui kemitraan dengan distributor di beberapa kota besar dan pemanfaatan platform digital untuk memperkenalkan produk ke pasar yang lebih luas. Namun daya saing harga masih menjadi tantangan sehingga perlu inovasi lebih lanjut dan terakhir, untuk aspek keuangan dari sisi pendapatan koperasi menunjukkan pertumbuhan sebesar 88 persen dibandingkan tahun sebelumnya meskipun belum mencapai target yang diharapkan,” ujarnya.
Kemudian, masih kata Deni, pembagian SHU kepada anggota tetap dilaksanakan secara transparan meski dengan jumlah masih belum signifikan dan masih masuk dalam tahap wajar.
Keberadaan KPKCM Mendukung Program Pemerintahan
Sementara itu, Sarim selaku Pengawas Koperasi dari Dinas Koperasi Kota Cilegon mengungkapkan, keberadaan KPKCM yang memproduksi gula sangat mendukung program pemerintah terutama bagi para pelaku UKM yang mengelola produk yang membutuhkan gula merah.
“Untuk tipe koperasi produsen sangat jarang dan bisa dihitung dengan jari. Jenis koperasi ada 5, pertama koperasi simpan pinjam, koperasi konsumen, koperasi produsen, koperasi jasa, dan koperasi pemasaran,” ucapnya.
Di Cilegon sendiri lanjut Sarim, kebanyakan adalah koperasi konsimen dan untuk koperasi produsen adalah sesuatu hal yang baru dan bisa menjadi pilot project untuk pengelolaan gula merah. (Red)