HARIANBANTEN.CO.ID – Wakil Wali Kota Cilegon Fajar Hadi Prabowo menegaskan pentingnya kolaborasi lintas sektor dalam pelaksanaan Outbreak Response Immunization (ORI) Campak Rubela 2025. Hal itu disampaikan Fajar saat membuka rapat koordinasi ORI Campak Rubela yang dirangkai dengan penandatanganan komitmen bersama penanggulangan penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I), di Aula Setda Kota Cilegon, Rabu (29/10/2025).
“Kalau sudah ada ORI, artinya daerah sedang mengalami outbreak. Maka kita harus bergerak bersama, tidak hanya reaktif tapi juga preventif. Saya apresiasi kinerja Dinas Kesehatan, Puskesmas, dan kader Posyandu yang menjadi ujung tombak dalam menjaga kesehatan anak-anak Cilegon,” kata Fajar.
Fajar juga menyoroti pentingnya edukasi kepada masyarakat untuk meningkatkan kesadaran akan imunisasi.
“Sering kali yang takut bukan anaknya, tapi orang tuanya, karena kurangnya literasi dan pengaruh informasi yang salah. Maka pendekatan kita harus lebih aktif dan persuasif,” ujarnya.
Ia menambahkan, sinergi seluruh unsur pentahelix mulai dari pemerintah, tenaga kesehatan, kepolisian, hingga masyarakat, sangat dibutuhkan agar penanganan campak rubela berjalan efektif.
“Penanganan jangan hanya fokus di wilayah yang sudah berstatus KLB, tapi juga jaga agar daerah lain tetap waspada,” tegasnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Kota Cilegon drg. Ratih Purnamasari melaporkan adanya peningkatan kasus campak sejak September 2025. Berdasarkan data Dinkes, tercatat 31 kasus tersebar di empat kecamatan: Cibeber, Jombang, Citangkil, dan Pulomerak.
“Sebagian besar kasus terjadi pada anak usia 1 hingga 9 tahun. Ini menunjukkan masih ada kesenjangan capaian imunisasi yang perlu segera ditangani bersama,” jelasnya.
Ratih menuturkan, sasaran ORI tahun ini mencakup 27.140 anak berusia 1 sampai 9 tahun di delapan kelurahan terdampak.
“Kelurahan yang jadi fokus ORI antara lain Cibeber, Kalitimbang, Karang Asem, Panggung Rawi, Warnasari, Lebak Denok, Samangraya, dan Suralaya. Ini langkah penting untuk memutus rantai penularan dan memperkuat perlindungan anak-anak dari campak dan rubela,” ujarnya.
Ratih menegaskan, pelaksanaan ORI ini tidak hanya untuk mengendalikan kasus, tetapi juga memperkuat koordinasi lintas sektor dan membangun komitmen bersama.
“Pengendalian penyakit ini tidak bisa dilakukan oleh tenaga kesehatan saja. Diperlukan dukungan dari semua pihak agar capaian imunisasi bisa maksimal,” katanya. (red)


Tinggalkan Balasan