CILEGONSATU.ID – Semangat pelestarian seni bela diri tradisional kembali bergema di Kota Cilegon. Tahun ini, Festival “Kembang Penceu” 2025 siap digelar di Ramayana Mall Cilegon, pada 29–30 November 2025.

Ajang ini menjadi ruang ekspresi bagi para pesilat muda dalam dua kategori, yaitu Tunggal dan Rampak, untuk dua kelompok usia: U7–12 dan U13–18.

Pendaftaran terbuka untuk umum dengan biaya Rp50.000 (Tunggal) dan Rp100.000 (Rampak). Para peserta akan memperebutkan piala, piagam, dan hadiah uang tunai, yaitu:

• Rampak: Juara 1 Rp750.000, Juara 2 Rp500.000, Juara 3 Rp250.000

• Tunggal: Juara 1 Rp500.000, Juara 2 Rp300.000, Juara 3 Rp150.000

Informasi dan pendaftaran dapat menghubungi, Bunda Wati (0812-8555-2653), Kang Hadis (0812-9796-0857), Kang Basri (0877-7222-7176), dan Kang Supindah (0859-4591-5992).

Dengan semangat “Nguri-uri Budaya, Ngajaga Warisan Leluhur,” Festival ini diharapkan menjadi wadah pembinaan sekaligus pelestarian seni pencak silat yang memadukan nilai budaya, keindahan gerak, dan sportivitas anak bangsa.

Kembang Penceu: Jiwa dan Identitas Silat Cilegon

Menurut Sohihul Hadis atau Kang Hadis, pemuda dan pegiat seni budaya Cilegon yang turut menggagas kegiatan ini, menyampaikan, Kembang Penceu bukan sekadar istilah dalam pencak silat, melainkan bahasa budaya yang melambangkan keindahan jurus, keuletan jiwa, dan kesatuan para pesilat Cilegon.

“Kembang Penceu menggambarkan keberagaman jurus dan aliran silat di Cilegon. Setiap peguron punya karakter, filosofi, dan cara pandang tersendiri. Tapi semua berpadu dalam satu semangat, menjaga warisan leluhur,” ujar Kang Hadis, Rabu 5 November 2025 melalui pesan elektronik.

Menurutnya, di Cilegon, terdapat banyak peguron (perguruan silat) yang masing-masing menampilkan kekhasan gerak dan nilai. Ada yang menonjolkan ketegasan dan ketangkasan, ada pula yang menampilkan keindahan dan keluwesan.

Namun semuanya, masih kata Kang Hadis, berpadu dalam satu tujuan, menjaga kehormatan, membela kebenaran, dan menanamkan nilai luhur kepada generasi muda.

“Silat bukan hanya tentang bertarung. Tetapi tentang membangun karakter, menanamkan nilai kesetiaan, dan membentuk manusia yang berjiwa tangguh serta berbudaya,” tandasnya.

Warisan yang Terus Hidup

Kang Hadis menegaskan, Kembang Penceu hadir bukan hanya sebagai ajang lomba, tetapi sebagai panggung kebersamaan dan penghormatan terhadap guru-guru besar silat yang telah mengabdikan hidupnya demi budaya. Festival ini menjadi ruang bagi generasi muda untuk mengenal akar budayanya dan menumbuhkan kebanggaan terhadap identitas lokal.

“Melestarikan Kembang Penceu berarti menjaga denyut nadi kebudayaan Cilegon itu sendiri. Di tengah derasnya arus modernisasi, kita butuh ruang seperti ini untuk mengingat siapa kita,” tandasnya.

Melalui kegiatan ini, para pegiat berharap agar Cilegon tak hanya dikenal sebagai kota industri, tetapi juga kota budaya yang memiliki warisan silat yang hidup, berkembang, dan membanggakan. (Red)