CILEGONSATU.ID – Upaya penyelamatan warisan sejarah lokal melalui teknologi digital kini hadir dari generasi muda. M. Fikri Azka Haikal, mahasiswa Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (Untirta), menjalankan misi penting, mendigitalisasi naskah-naskah kuno agar tetap lestari dan mudah diakses publik.
Pada Jumat, 17 Oktober 2025, Fikri bertandang ke Padepokan Wong Paleng (PWP), markas aktivitas kebudayaan yang dikelola oleh Kang Saiful, sosok pelestari khazanah lokal sekaligus Ketua Bidang Kebendaan Dewan Kebudayaan Kota Cilegon. Pertemuan itu berlangsung dalam suasana penuh keakraban, di tengah semangat yang sama untuk menjaga jejak sejarah agar tidak lekang oleh waktu.
Melanjutkan Jejak Penyelamatan Naskah
Penelitian yang dilakukan Fikri bukan sekadar tugas akhir akademik, melainkan proyek berkelanjutan penyelamatan naskah kuno melalui digitalisasi. Fokusnya adalah menjaga teks-teks rapuh agar tidak hilang ditelan zaman dan dapat diakses secara luas oleh peneliti maupun masyarakat umum.
Sebelumnya, Fikri telah sukses menjalankan proyek serupa di Kabupaten Serang. Kini, langkahnya berlanjut ke Cilegon, sebuah kota industri dengan karakter budaya yang unik. Melalui riset ini, ia ingin melihat bagaimana tantangan pelestarian naskah di wilayah urban berbeda dari konteks agraris seperti di Serang.
Dialog dan Transfer Pengetahuan di Padepokan
Dalam kunjungan tersebut, Fikri melakukan wawancara mendalam dengan Kang Saiful terkait proses inventarisasi dan pelestarian warisan budaya takbenda. Kang Saiful memaparkan berbagai tantangan dalam menjaga artefak kuno serta strategi terbaik untuk mengabadikan naskah-naskah penting dalam bentuk digital.
Sebagai informan kunci, Kang Saiful memberikan data dan wawasan berharga yang akan memperkuat landasan penelitian Fikri. Pertemuan ini juga menjadi momentum penting bagi kolaborasi antara akademisi muda dan pegiat budaya senior, dua generasi yang bersatu dalam misi yang sama: menjaga ingatan sejarah Cilegon.
Sinergi Akademisi dan Pelestari Budaya
Kolaborasi ini diharapkan tak hanya memperkaya penelitian Fikri secara akademik, tetapi juga menjadi kontribusi nyata bagi pelestarian khazanah lokal. Melalui digitalisasi, naskah-naskah yang selama ini tersembunyi atau terancam rusak kini berpeluang untuk “hidup abadi” dalam bentuk data digital, dapat diakses lintas waktu dan generasi.
Langkah kecil ini menunjukkan bahwa pelestarian budaya bukan hanya tugas para ahli warisan budaya, tetapi juga tanggung jawab bersama antara dunia akademik, komunitas, dan masyarakat. (Iskandar/Red)


Tinggalkan Balasan